Jumat, 08 April 2011

Bahagiakah Wanita


Bahagiakah Wanita?
(Menjadi bunga atau Menjadi Bunga)

Sekalipun tampil habis-habisan, wanita hanya kelihatan menggoda, tapi belum mempesona. Sebab, pribadi yang cemerlang tidak membutuhkan polesan untuk tampil percaya diri. Pesona dirinya terpancar dengan indah dari kepribadian dan keteguhan semangat hidup.(Yoli Hemdi)

 Berbicara tentang wanita, takkan ada habisnya. Ialah ibu kita. Mereka adik kakak kita. Saudara, bibi bahkan istri kita. Bahkan nabi sangat menghargai dan menhormati kaum ini. Banyak hadits berserakan, isinya tentang menghormati ibu, menyayangi keluarga (basis yang merupakan domain perempuan), hingga hadits tentang larangan berzina (dengan menganalogikan, bagaimana seandainya wanita yang kau lecehkan itu adalah adikmu sendiri?).
 Entah kenapa, dunia saat ini menjadi seolah bersahabat dengan wanita. Lihat saja, kebangkitan faham kesetaran gender, feminisme, hak menjadi pemimpin. Sesuatu yang rasanya hilang berabad lama. Tapi benarkah wanita bahagia dengan dunia realitas yang ada sekarang? Sebuah pengakuan seorang tokoh perempuan, “Wanita dahulu lebih bahagia daripada wanita saat ini”. Sebuah ironi.
Dunia sekarang bukan saja menjebak wanita menjadi pribadi yang sophaholic (gila belanja). Bahkan yang bernama pariwara (publikasi produk) juga memposisikan wanita sebagai penggoda. Kita masih ingat dahulu, iklan ABG yang kehilangan muka karena ada burket (bubur ketek) di ketiaknya; sepeda motor yang hebat membuat dandanan ibu paro baya yang pulang dari salon berantakan; kemanjuran shampo tergambar pada gadis-gadis centil berambut kemilau yang menghayalkan cowok keren. Mulai dari iklan onderdil motor, pompa air hingga minyak rambut pria.
Wanita di televisi memang sudah buram dibuatnya. Gilanya televisi di Indonesia bukan saja menjadi tontonan, tapi tuntunan. Maka tak heran, kita berkunjung ke daerah terpencil sekalipun, gadis kampung nan lugu pun berdandan gaya Bunga Citra Lestari, artis abg yang hobi pake tanktop dipadu jeans ketat. Karena paradigmanya adalah, wanita harus tampil cantik, menawan atau kalau bisa seksi, agar mendapat perhatian. Begitukah mereka menilai wanita? Atau wanita sendiri merasa nyaman dengan keadaan seperti itu? Perlambang kecantikan seorang wanita adalah bunga, tapi masalahnya kecantikan itu, sesuatu yang kasat mata atau terpancar dengan indah dari dalam jiwa. Atau keduanya? Menjadi Bunga atau menjadi bunga? I Don’t know. Ask the women please…
Foto pendukung diambil dari: cdn.dailyclipart.net

2 komentar:

  1. Subhanaallah.. Bapak Yoli. Tulisan bapak selalu menginspirasi. Apalagi setelah saya membaca buku Bapak yg berjudul "Ukhtii... Hatimu dijendela dunia" saya semakin bersyukur pak, agama kita begitu memuliakan kaum Hawa. Terimakasih pak Yoli. Tulisan bapak mengena sekali

    BalasHapus
  2. Saya jadi semangat ingin menulis yangbermanfaat seperti Bapak. :-D pena memang lebih tajam dari pisau...

    BalasHapus